Innamā tunżiru manittaba‘aż-żikra wa khasyiyar-raḥmāna bil-gaib(i), fa basysyirhu bimagfiratiw wa ajrin karīm(in).
Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) hanya (bisa) memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikutinya638)
dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih tanpa melihat-Nya.
Berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.
Catatan Kaki
638) Peringatan yang diberikan oleh Nabi Muhammad saw. hanya berguna bagi orang yang mau mengikutinya.
Innā naḥnu nuḥyil-mautā wa naktubu mā qaddamū wa āṡārahum, wa kulla syai'in aḥṣaināhu fī imāmim mubīn(in).
Sesungguhnya
Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati dan Kami (pulalah) yang
mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka
(tinggalkan). Segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata
(Lauhulmahfuz).
Iż arsalnā ilaihimuṡnaini fa każżabūhumā fa ‘azzaznā biṡāliṡin faqālū innā ilaikum mursalūn(a).
(yaitu)
ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka
mendustakan keduanya. Kemudian Kami menguatkan dengan (utusan) yang
ketiga. Maka, ketiga (utusan itu) berkata, “Sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang diutus kepadamu.”
Qālū mā antum illā basyarum miṡlunā, wa mā anzalar-raḥmānu min syai'(in), in antum illā takżibūn(a).
Mereka
(penduduk negeri) menjawab, “Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti
kami. (Allah) Yang Maha Pengasih tidak (pernah) menurunkan sesuatu apa
pun. Kamu hanyalah berdusta.”
Mereka
(penduduk negeri) menjawab, “Sesungguhnya kami bernasib malang
karenamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami
merajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari
kami.”
Qālū ṭā'irukum ma‘akum, a'in żukkirtum, bal antum qaumum musrifūn(a).
Mereka
(para rasul) berkata, “Kemalangan kamu itu (akibat perbuatan) kamu
sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan, (lalu kamu menjadi
malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”
A'attakhiżu min dūnihī ālihatan iy yuridnir-raḥmānu biḍurril lā tugni ‘annī syafā‘atuhum syai'aw wa lā yunqiżūn(i).
Mengapa
aku (harus) mengambil sembahan-sembahan selain-Nya? Jika (Allah) Yang
Maha Pengasih menghendaki bencana terhadapku, pasti pertolongan mereka
tidak berguna sama sekali bagi diriku dan mereka (juga) tidak dapat
menyelamatkanku.
24
اِنِّيْٓ اِذًا لَّفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
Innī iżal lafī ḍalālim mubīn(in).
Sesungguhnya aku (jika berbuat) begitu, pasti berada dalam kesesatan yang nyata.
25
اِنِّيْٓ اٰمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُوْنِۗ
Innī āmantu birabbikum fasma‘ūn(i).
Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu. Maka, dengarkanlah (pengakuan)-ku.”
Dikatakan (kepadanya), “Masuklah ke surga.”640) Dia (laki-laki itu) berkata, “Aduhai, sekiranya kaumku mengetahui
Catatan Kaki
640) Menurut riwayat, laki-laki itu dibunuh oleh kaumnya sebagaimana tersebut dalam ayat 20‒25. Pada saat sakratulmaut, malaikat turun untuk memberinya kabar gembira bahwa Allah Swt. telah mengampuni dosanya dan menyediakan surga untuknya.
Alam yarau kam ahlaknā qablahum minal-qurūni annahum ilaihim lā yarji‘ūn(a).
Tidakkah
mereka mengetahui berapa banyak umat sebelum mereka yang telah Kami
binasakan? Mereka (setelah binasa) tidak ada yang kembali kepada mereka
(di dunia).
Wa āyatul lahumul-arḍul-maitah(tu), aḥyaināhā wa akhrajnā minhā ḥabban faminhu ya'kulūn(a).
Suatu
tanda (kekuasaan-Nya) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus lalu)
Kami menghidupkannya dan mengeluarkan darinya biji-bijian kemudian dari
(biji-bijian) itu mereka makan.
Subḥānal-lażī khalaqal-azwāja kullahā mimmā tumbitul-arḍu wa min anfusihim wa mimmā lā ya‘lamūn(a).
Maha
Suci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik
dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri maupun
dari apa yang tidak mereka ketahui.
Wa āyatul lahumul-lailu naslakhu minhun-nahāra fa'iżā hum muẓlimūn(a).
Suatu
tanda juga (atas kekuasaan Allah) bagi mereka adalah malam. Kami
pisahkan siang dari (malam) itu. Maka, seketika itu mereka (berada
dalam) kegelapan.
(Suatu
tanda juga atas kekuasaan Allah bagi mereka adalah) matahari yang
berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui.
(Begitu
juga) bulan, Kami tetapkan bagi(-nya) tempat-tempat peredaran sehingga
(setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir,) kembalilah ia
seperti bentuk tandan yang tua.641)
Catatan Kaki
641) Bulan itu mulanya berbentuk seperti sabit, kemudian secara berangsur makin besar dan bundar sempurna pada saat purnama. Kemudian, bulan berangsur mengecil kembali hingga terlihat seperti tandan kering yang melengkung.
Wa iżā qīla lahumuttaqū mā baina aidīkum wa mā khalfakum la‘allakum turḥamūn(a).
Ketika
dikatakan kepada mereka, “Takutlah kamu akan (siksa) yang ada di
hadapanmu (di dunia) dan azab yang ada di belakangmu (akhirat) agar kamu
mendapat rahmat,” (maka mereka berpaling).
Wa
iżā qīla lahum anfiqū mimmā razaqakumullāh(u), qālal-lażīna kafarū
lil-lażīna āmanū anuṭ‘imu mal lau yasyā'ullāhu aṭ‘amah(ū), in antum illā
fī ḍalālim mubīn(in).
Apabila
dikatakan kepada mereka, “Infakkanlah sebagian rezeki yang diberikan
Allah kepadamu,” orang-orang yang kufur itu berkata kepada orang-orang
yang beriman, “Apakah pantas kami memberi makan kepada orang-orang yang
jika Allah menghendaki, Dia akan memberinya makan? Kamu benar-benar
dalam kesesatan yang nyata.”
Qālū yā wailanā mam ba‘aṡanā mim marqadinā…hāżā mā wa‘adar-raḥmānu wa ṣadaqal-mursalūn(a).
Mereka
berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat
tidur kami (kubur)?” (Lalu, dikatakan kepada mereka,) “Inilah yang
dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah para rasul(-Nya).”
Bukankah
Aku telah berpesan kepadamu dengan sungguh-sungguh, wahai anak cucu
Adam, bahwa janganlah kamu menyembah setan? Sesungguhnya setan itu musuh
yang nyata bagi kamu.
61
وَاَنِ اعْبُدُوْنِيْ ۗهٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ
Wa ani‘budūnī, hāżā ṣirāṭum mustaqīm(un).
(Begitu juga bahwa) sembahlah Aku. Inilah jalan yang lurus.”
Al-yauma nakhtimu ‘alā afwāhihim wa tukallimunā aidīhim wa tasyhadu arjuluhum bimā kānū yaksibūn(a).
Pada
hari ini Kami membungkam mulut mereka. Tangan merekalah yang berkata
kepada Kami dan kaki merekalah yang akan bersaksi terhadap apa yang
dahulu mereka kerjakan.
Wa lau nasyā'u laṭamasnā ‘alā a‘yunihim fastabaquṣ-ṣirāṭa fa annā yubṣirūn(a).
Seandainya
Kami menghendaki, pastilah Kami akan menghapus penglihatan (membutakan)
mereka sehingga mereka berlomba-lomba (mencari) jalan (selamat). Maka,
bagaimana mungkin mereka dapat melihat?
Wa lau nasyā'u lamasakhnāhum ‘alā makānatihim famastaṭā‘ū muḍiyyaw wa lā yarji‘ūn(a).
Seandainya
Kami menghendaki, pastilah Kami akan mengubah bentuk mereka di tempat
mereka berada, sehingga mereka tidak sanggup meneruskan perjalanan dan
juga tidak sanggup pulang kembali.
Wa mā ‘allamnāhusy-syi‘ra wa mā yambagī lah(ū), in huwa illā żikruw wa qur'ānum mubīn(un).
Kami
tidak mengajarkan syair kepadanya (Nabi Muhammad) dan (bersyair) itu
tidaklah pantas baginya. (Wahyu yang Kami turunkan kepadanya) itu tidak
lain hanyalah pelajaran dan Al-Qur’an yang jelas
Liyunżira man kāna ḥayyaw wa yaḥiqqal-qaulu ‘alal-kāfirīn(a).
agar
dia (Nabi Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup
(hatinya) dan agar ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir itu
menjadi pasti.
Tidakkah
mereka mengetahui bahwa Kami telah menciptakan untuk mereka hewan-hewan
ternak dari ciptaan tangan Kami (sendiri), lalu mereka menjadi
pemiliknya?
Falā yaḥzunka qauluhum, innā na‘lamu mā yusirrūna wa mā yu‘linūn(a).
Maka,
jangan sampai ucapan mereka membuat engkau (Nabi Muhammad) bersedih
hati. Sesungguhnya Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa
yang mereka nyatakan.
Wa ḍaraba lanā maṡalaw wa nasiya khalqah(ū), qāla may yuḥyil-‘iẓāma wa hiya ramīm(un).
Dia
membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal penciptaannya. Dia
berkata, “Siapakah yang bisa menghidupkan tulang-belulang yang telah
hancur luluh?”645)
Catatan Kaki
645) Ayat ini terkait dengan kisah al-‘As bin Wa’il yang mendatangi Nabi Muhammad saw. dengan membawa tulang belulang yang sudah hancur, lalu berkata, “Siapakah yang bisa menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh ini?”
Awa laisal-lażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa biqādirin ‘alā ay yakhluqa miṡlahum, balā wa huwal-khallāqul-‘alīm(u).
Bukankah
Zat yang menciptakan langit dan bumi mampu menciptakan manusia yang
serupa mereka itu (di akhirat kelak)? Benar. Dialah yang Maha Banyak
Mencipta lagi Maha Mengetahui.