Sesungguhnya
orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, Kami jadikan terasa
indah bagi mereka perbuatan-perbuatannya (yang buruk). Maka, mereka
terombang-ambing (dalam kesesatan).
Iż qāla mūsā li'ahlihī innī ānastu nārā(n), sa'ātīkum minhā bikhabarin au ātīkum bisyihābin qabasil la‘allakum taṣṭalūn(a).
(Ingatlah)
ketika Musa berkata kepada istrinya, “Sesungguhnya aku melihat api. Aku
akan membawa kabar tentangnya kepadamu atau membawa suluh api (obor)
agar kamu dapat menghangatkan badan (dekat api).”
Falammā jā'ahā nūdiya am būrika man fin-nāri wa man ḥaulahā, wa subḥānallāhi rabbil-‘ālamīn(a).
Maka,
ketika tiba di sana (tempat api itu), dia diseru, “Orang yang berada di
dekat api dan orang yang berada di sekitarnya telah diberkahi. Maha
Suci Allah, Tuhan semesta alam.”
Lemparkanlah
tongkatmu!” Ketika (tongkat itu dilemparkan) Musa melihatnya
bergerak-gerak seperti seekor ular kecil yang gesit, berlarilah dia
sambil berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Allah pun berfirman,) “Wahai
Musa, jangan takut! Sesungguhnya di hadapan-Ku para rasul tidak perlu
takut,
Illā man ẓalama ṡumma baddala ḥusnam ba‘da sū'in fa innī gafūrur raḥīm(un).
kecuali
orang yang berlaku zalim yang kemudian mengganti keburukan(-nya) dengan
kebaikan (bertobat). Sesungguhnya Aku Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Wa
adkhil yadaka fī jaibika takhruj baiḍā'a min gairi sū'(in), fī tis‘i
āyātin ilā fir‘auna wa qaumih(ī), innahum kānū qauman fāsiqīn(a).
Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu,544)
ia akan keluar (dalam keadaan bercahaya) putih bukan karena cacat.
(Kedua mukjizat ini) termasuk sembilan macam mukjizat (yang akan
ditunjukkan) kepada Fir‘aun dan kaumnya. Sesungguhnya mereka benar-benar
kaum yang fasik.”
Catatan Kaki
544) Yang dimaksud adalah meletakkan tangan ke dada melalui leher baju.
Wa jaḥadū bihā wastaiqanathā anfusuhum ẓulmaw wa ‘uluwwā(n), fanẓur kaifa kāna ‘āqibatul-mufsidīn(a).
Mereka
mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan, padahal hati mereka
meyakini (kebenaran)-nya. Perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang
yang berbuat kerusakan.
Wa laqad ātainā dāwūda wa sulaimāna ‘ilmā(n), wa qālal-ḥamdu lillāhil-lażī faḍḍalanā ‘alā kaṡīrim min ‘ibādihil-mu'minīn(a).
Sungguh,
Kami benar-benar telah menganugerahkan ilmu kepada Daud dan Sulaiman.
Keduanya berkata, “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami daripada
kebanyakan hamba-hamba-Nya yang mukmin.”
Wa
wariṡa sulaimānu dāwūda wa qāla yā ayyuhan-nāsu ‘ullimnā manṭiqaṭ-ṭairi
wa ūtīnā min kulli syai'(in), inna hāżā lahuwal-faḍlul-mubīn(u).
Sulaiman telah mewarisi Daud545)
dan dia (Sulaiman) berkata, “Wahai manusia, kami telah diajari (untuk
memahami) bahasa burung dan kami dianugerahi segala sesuatu.
Sesungguhnya (semua) ini benar-benar karunia yang nyata.”
Catatan Kaki
545) Nabi Sulaiman a.s. menggantikan kenabian dan kerajaan Nabi Daud a.s. serta mewarisi ilmu pengetahuan dan kitab Zabur yang diturunkan kepadanya.
Ḥattā
iżā atau ‘alā wādin-naml(i), qālat namlatuy yā ayyuhan-namludkhulū
masākinakum, lā yaḥṭimannakum sulaimānu wa junūduhū wa hum lā
yasy‘urūn(a).
hingga
ketika sampai di lembah semut, ratu semut berkata, “Wahai para semut,
masuklah ke dalam sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan
bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadarinya.”
Fatabassama
ḍāḥikam min qaulihā wa qāla rabbi auzi‘nī an asykura ni‘matakal-latī
an‘amta ‘alayya wa ‘alā wālidayya wa an a‘mala ṣāliḥan tarḍāhu wa
adkhilnī biraḥmatika fī ‘ibādikaṣ-ṣāliḥīn(a).
Dia
(Sulaiman) tersenyum seraya tertawa karena (mendengar) perkataan semut
itu. Dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku (ilham dan kemampuan)
untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku
dan kepada kedua orang tuaku dan untuk tetap mengerjakan kebajikan yang
Engkau ridai. (Aku memohon pula) masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke
dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”
Famakaṡa gaira ba‘īdin faqāla aḥaṭtu bimā lam tuḥiṭ bihī wa ji'tuka min saba'im binaba'iy yaqīn(in).
Tidak
lama kemudian (datanglah Hudhud), lalu ia berkata, “Aku telah
mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari
negeri Saba’547) membawa suatu berita penting yang meyakinkan (kebenarannya.)
Catatan Kaki
547) Saba’ adalah nama kerajaan pada zaman dahulu, ibukotanya Ma‘rib yang terletak dekat kota Sana‘a, ibukota Yaman sekarang.
Innī wajattumra'atan tamlikuhum wa ūtiyat min kulli syai'iw wa lahā ‘arsyun ‘aẓīm(un).
Sesungguhnya aku mendapati ada seorang perempuan548) yang memerintah mereka (penduduk negeri Saba’). Dia dianugerahi segala sesuatu dan memiliki singgasana yang besar.
Catatan Kaki
548) Yang dimaksud dengan perempuan dalam ayat ini adalah Ratu Balqis yang memerintah kerajaan Saba’ pada zaman Nabi Sulaiman a.s.
Wajattuhā
wa qaumahā yasjudūna lisy-syamsi min dūnillāhi wa zayyana
lahumusy-syaiṭānu a‘mālahum fa ṣaddahum ‘anis-sabīli fahum lā
yahtadūn(a).
Aku
(burung Hudhud) mendapati dia dan kaumnya sedang menyembah matahari,
bukan Allah. Setan telah menghiasi perbuatan-perbuatan (buruk itu agar
terasa indah) bagi mereka sehingga menghalanginya dari jalan (Allah).
Mereka tidak mendapat petunjuk.
Allā yasjudū lillāhil-lażī yukhrijul-khab'a fis-samāwāti wal-arḍi wa ya‘lamu mā tukhfūna wa mā tu‘linūn(a).
Mereka (juga) tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi549) dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan yang kamu nyatakan.
Catatan Kaki
549) Di antara perwujudan mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi adalah menurunkan hujan dari langit, menumbuhkan tanam-tanaman, serta mengeluarkan logam dan barang tambang dari bumi.
Pergilah
dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka. Kemudian
berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan!”
Dia
(Balqis) berkata, “Wahai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam
urusanku (ini). Aku tidak pernah memutuskan suatu urusan sebelum kamu
hadir (dalam majelisku).”
Mereka
menjawab, “Kita memiliki kekuatan dan ketangkasan yang luar biasa
(untuk berperang), tetapi keputusan berada di tanganmu. Maka,
pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan.”
Qālat innal-mulūka iżā dakhalū qaryatan afsadūhā wa ja‘alū a‘izzata ahlihā ażillah(tan), wa każālika yaf‘alūn(a).
Dia
(Balqis) berkata, “Sesungguhnya raja-raja apabila menaklukkan suatu
negeri, mereka tentu membinasakannya dan menjadikan penduduknya yang
mulia jadi hina. Demikianlah yang mereka akan perbuat.
Wa innī mursilatun ilaihim bihadiyyatin fanāẓiratun bima yarji‘ul-mursalūn(a).
Sesungguhnya
aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah dan
(aku) akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh para utusan itu.”
Ketika
(para utusan itu) sampai kepada Sulaiman, dia berkata, “Apakah kamu
akan memberi harta kepadaku (sebagai hadiah)? Apa yang Allah berikan
kepadaku lebih baik daripada apa yang Allah berikan kepadamu, tetapi
kamu merasa bangga dengan hadiahmu.
Irji‘ ilaihim falana'tiyannahum bijunūdil lā qibala lahum bihā wa lanukhrijannahum minhā ażillataw wa hum ṣāgirūn(a).
Pulanglah
kepada mereka (dengan membawa kembali hadiahmu)! Kami pasti akan
mendatangi mereka dengan bala tentara yang tidak mungkin dikalahkan.
Kami pasti akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba’) dalam keadaan
terhina lagi tunduk.”
Qāla ‘ifrītum minal-jinni ana atīka bihī qabla an taqūma mim maqāmik(a), wa innī ‘alaihi laqawiyyun amīn(un).
Ifrit
dari golongan jin berkata, “Akulah yang akan membawanya kepadamu
sebelum engkau berdiri dari singgasanamu. Sesungguhnya aku benar-benar
kuat lagi dapat dipercaya.”
Qālal-lażī
‘indahū ‘ilmum minal-kitābi ana ātīka bihī qabla ay yartadda ilaika
ṭarfuk(a), falammā ra'āhu mustaqirran ‘indahū qāla hāżā min faḍli rabbī,
liyabluwanī a'asykuru am akfur(u), wa man syakara fa'innamā yasykuru
linafsih(ī), wa man kafara fa'inna rabbī ganiyyun karīm(un).
Seorang yang mempunyai ilmu dari kitab suci550)
berkata, “Aku akan mendatangimu dengan membawa (singgasana) itu sebelum
matamu berkedip.” Ketika dia (Sulaiman) melihat (singgasana) itu ada di
hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk
mengujiku apakah aku bersyukur atau berbuat kufur. Siapa yang bersyukur,
maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Siapa
yang berbuat kufur, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha
Mulia.”
Catatan Kaki
550) Yang dimaksud kitab suci pada ayat ini adalah kitab yang diturunkan sebelum Nabi Sulaiman a.s., yaitu Taurat dan Zabur.
Falammā jā'at qīla ahakażā ‘arsyuk(i), qālat ka'annahū huw(a), wa ūtīnal-‘ilma min qablihā wa kunnā muslimīn(a).
Ketika
dia (Balqis) datang, ditanyakanlah (kepadanya), “Serupa inikah
singgasanamu?” Dia (Balqis) menjawab, “Sepertinya ya. Kami telah diberi
pengetahuan sebelumnya551) dan kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”
Catatan Kaki
551) Balqis telah mengetahui kenabian Sulaiman a.s. sebelum singgasananya dipindahkan dari negeri Saba’ ke Palestina dalam sekejap mata.
Qīla
lahadkhuliṣ-ṣarḥ(a), falammā ra'athu ḥasibathu lujjataw wa kasyafat ‘an
sāqaihā, qāla innahū ṣarḥum mumarradum min qawārīr(a), qālat rabbi innī
ẓalamtu nafsī wa aslamtu ma‘a sulaimāna lillāhi rabbil-‘ālamīn(a).
Dikatakan
kepadanya (Balqis), “Masuklah ke istana.” Ketika dia (Balqis) melihat
(lantai istana) itu, dia menyangkanya kolam air yang besar. Dia
menyingkapkan (gaun yang menutupi) kedua betisnya. Dia (Sulaiman)
berkata, “Sesungguhnya ini hanyalah lantai licin (berkilap) yang terbuat
dari kaca.” Dia (Balqis) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah
berbuat zalim terhadap diriku. Aku berserah diri bersama Sulaiman kepada
Allah, Tuhan semesta alam.”
Sungguh,
Kami benar-benar telah mengutus kepada (kaum) Samud saudara mereka
(sesuku), yaitu Saleh (yang menyeru), “Sembahlah Allah!” Tiba-tiba
mereka (menjadi) dua golongan yang bermusuhan.
Qāla yā qaumi lima tasta‘jilūna bis-sayyi'ati qablal-ḥasanah(ti), lau lā tastagfirūnallāha la‘allakum turḥamūn(a).
Dia
(Saleh) berkata, “Wahai kaumku, mengapa kamu meminta disegerakan
keburukan (azab) sebelum (meminta) kebaikan (rahmat)? Mengapa kamu tidak
memohon ampunan kepada Allah agar kamu dirahmati?”
Qāluṭ ṭayyarnā bika wa bimam ma‘ak(a), qāla ṭā'irukum ‘indallāhi bal antum qaumun tuftanūn(a).
Mereka
menjawab, “Kami bernasib malang karena engkau dan orang-orang yang
bersamamu.” Dia (Saleh) berkata, “Nasibmu (malang atau tidak ditetapkan)
di sisi Allah (bukan karena kami). Kamu adalah kaum yang sedang diuji.”
Qālū taqāsamū billāhi lanubayyitannahū wa ahlahū ṡumma lanaqūlanna liwaliyyihī mā syahidnā mahlika ahlihī wa innā laṣādiqūn(a).
Mereka
berkata, “Bersumpahlah kamu masing-masing dengan (nama) Allah bahwa
kita pasti akan menyerang dia (Saleh) bersama keluarganya pada malam
hari. Kemudian, kita akan mengatakan kepada ahli warisnya (bahwa) kita
tidak menyaksikan kebinasaan keluarganya itu. Sesungguhnya kita adalah
orang-orang yang benar.”
Itulah
rumah-rumah mereka yang kosong (sebagai bukti bahwa mereka binasa)
akibat kezaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengetahui.
Famā kāna jawāba qaumihī illā an qālū akhrijū āla lūṭim min qaryatikum, innahum unāsuy yataṭahharūn(a).
Jawaban
kaumnya tidak lain hanya dengan mengatakan, “Usirlah Lut dan
pengikutnya dari negerimu! Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang
selalu menyucikan diri (dari perbuatan keji).”
Qulil-ḥamdu lillāhi wa salāmun ‘alā ‘ibādihil-lażīnaṣṭafā, āllāhu khairun ammā yusyrikūn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera atas
hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik ataukah
apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya)?”
Am
man khalaqas-samāwāti wal-arḍa wa anzala minas-samā'i mā'an fa ambatnā
bihī ḥadā'iqa żāta bahjah(tin), mā kāna lakum an tumbitū syajarahā,
a'ilāhum ma‘allāh(i), bal hum qaumuy ya‘dilūn(a).
Apakah
(yang kamu sekutukan itu lebih baik ataukah) Zat yang menciptakan
langit dan bumi serta yang menurunkan air dari langit untukmu, lalu Kami
menumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah (yang)
kamu tidak akan mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah ada tuhan
(lain) bersama Allah? Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang
menyimpang (dari kebenaran).
Am
man ja‘alal-arḍa qarāraw wa ja‘ala khilālahā anhāraw wa ja‘ala lahā
rawāsiya wa ja‘ala bainal-baḥraini ḥājizā(n), a'ilāhum ma‘allāh(i), bal
akṡaruhum lā ya‘lamūn(a).
Apakah
(yang kamu sekutukan itu lebih baik ataukah) Zat yang telah menjadikan
bumi sebagai tempat berdiam, menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya,
menjadikan gunung-gunung untuk (mengukuhkan)-nya, dan menjadikan suatu
pemisah antara dua laut?555) Apakah ada tuhan (lain) bersama Allah? Sebenarnya kebanyakan mereka tidak mengetahui.
Catatan Kaki
555) Ungkapan dua laut pada ayat ini merujuk pada laut yang asin dan sungai besar yang bermuara di laut. Sungai yang tawar itu setelah sampai di muara tidak langsung menjadi asin.
Am
may yujībul-muḍṭarra iżā da‘āhu wa yaksyifus-sū'a wa yaj‘alukum
khulafā'a fil-arḍ(i), a'ilāhum ma‘allāh(i), qalīlam mā tażakkarūn(a).
Apakah
(yang kamu sekutukan itu lebih baik ataukah) Zat yang mengabulkan (doa)
orang yang berada dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya,
menghilangkan kesusahan, dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah
(pemimpin) di bumi? Apakah ada tuhan (lain) bersama Allah? Sedikit
sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat.
Am
may yahdīkum fī ẓulumātil-barri wal-baḥri wa may yursilur-riyāḥa
busyram baina yadai raḥmatih(ī), a'ilāhum ma‘allāh(i), ta‘ālallāhu ‘ammā
yusyrikūn(a).
Apakah
(yang kamu sekutukan itu lebih baik ataukah) Zat yang memberi petunjuk
kepadamu dalam kegelapan darat dan laut serta yang mendatangkan angin
sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah ada tuhan
(lain) bersama Allah? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka
persekutukan.
Am
may yabda'ul-khalqa ṡumma yu‘īduhū wa may yarzuqukum minas-samā'i
wal-arḍ(i), a'ilāhum ma‘allāh(i), qul hātū burhānakum in kuntum
ṣādiqīn(a).
Apakah
(yang kamu sekutukan itu lebih baik ataukah) Zat yang menciptakan
(makhluk) dari permulaannya kemudian mengulanginya (lagi) dan yang
memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah ada tuhan (lain)
bersama Allah? Katakanlah, “Kemukakanlah bukti kebenaranmu jika kamu
orang-orang benar.”
Qul lā ya‘lamu man fis-samāwāti wal-arḍil gaiba illallāh(u), wa mā yasy‘urūna ayyāna yub‘aṡūn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Tidak ada siapa pun di langit dan di bumi yang
mengetahui sesuatu yang gaib selain Allah. Mereka juga tidak mengetahui
kapan mereka akan dibangkitkan.”
Wa qālal-lażīna kafarū a'iżā kunnā turābaw wa ābā'unā a'innā lamukhrajūn(a).
Orang-orang
yang kufur berkata, “Setelah kami menjadi tanah dan (begitu pula) nenek
moyang kami, apakah benar sesungguhnya kami akan dikeluarkan (dari
kubur)?
Laqad wu‘idnā hāżā naḥnu wa ābā'unā min qabl(u), in hāżā illā asāṭīrul-awwalīn(a).
Sebelumnya
kami telah diberi ancaman dengan (hari Kebangkitan) ini dan (begitu
pula) nenek moyang kami sebelumnya. Sebenarnya ini hanyalah dongengan
orang-orang terdahulu.”
Wa mā anta bihādil-‘umyi ‘an ḍalālatihim, in tusmi‘u illā may yu'minu bi'āyātinā fahum muslimūn(a).
Engkau
bukanlah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang buta (mata hatinya)
dari kesesatannya. Engkau tidak dapat menjadikan (seorang pun)
mendengar, kecuali orang yang beriman pada ayat-ayat Kami dan mereka
berserah diri.
Apabila
perkataan (ketentuan masa kehancuran alam) telah berlaku atas mereka,
Kami mengeluarkan makhluk bergerak dari bumi yang akan mengatakan kepada
mereka bahwa manusia selama ini tidak yakin pada ayat-ayat Kami.
Wa yauma naḥsyuru min kulli ummatin faujam mimmay yukażżibu bi'āyātinā fahum yūza‘ūn(a).
(Ingatlah)
pada hari (ketika) Kami mengumpulkan segolongan orang dari setiap umat,
yaitu mereka yang mendustakan ayat-ayat Kami, lalu mereka dibagi-bagi
(dalam kelompok).
Sehingga,
apabila mereka datang, Dia (Allah) berfirman, “Mengapa kamu mendustakan
ayat-ayat-Ku, padahal kamu tidak mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang itu556) atau (jika tidak mendustakannya), apa yang selalu kamu lakukan?”
Catatan Kaki
556) Orang-orang musyrik Arab mendustakan ayat-ayat Allah Swt. tanpa memikirkannya lebih dahulu.
Apakah
mereka tidak memperhatikan bahwa Kami telah menciptakan malam agar
mereka beristirahat padanya dan (menciptakan) siang yang
terang-benderang? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum beriman.
Wa yauma yunfakhu fiṣ-ṣūri fa fazi‘a man fis-samāwāti wa man fil-arḍi illā man syā'allāh(u), wa kullun atauhu dākhirīn(a).
(Ingatlah)
pada hari (ketika) sangkakala ditiup sehingga terkejutlah semua yang
ada di langit dan semua yang ada di bumi, kecuali yang Allah kehendaki.
Semuanya datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.
Wa
taral-jibāla taḥsabuhā jāmidataw wa hiya tamurru marras saḥāb(i),
ṣun‘allāhil-lażī atqana kulla syai'(in), innahū khabīrum bimā
taf‘alūn(a).
Engkau
akan melihat gunung-gunung yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal
ia berjalan seperti jalannya awan. (Demikianlah) penciptaan Allah
menjadikan segala sesuatu dengan sempurna. Sesungguhnya Dia Maha Teliti
terhadap apa yang kamu kerjakan.
Man jā'a bil-ḥasanati falahū khairum minhā, wa hum min faza‘iy yauma'iżin āminūn(a).
Siapa
yang datang membawa kebaikan, maka dia memperoleh (balasan) yang lebih
baik daripadanya dan mereka merasa aman dari kejutan (yang dahsyat) pada
hari itu.
Wa man jā'a bis-sayyi'ati fakubbat wujūhuhum fin-nār(i), hal tujzauna illā mā kuntum ta‘malūn(a).
Siapa
yang datang membawa kejahatan, maka disungkurkanlah wajah mereka ke
dalam neraka. Apakah kamu diberi balasan selain (yang setimpal) dengan
apa yang telah kamu kerjakan?
Innamā umirtu an a‘buda rabba hāżihil-baldatil-lażī ḥarramahā wa lahū kullu syai'iw wa umirtu an akūna minal-muslimīn(a).
Sesungguhnya
aku (Nabi Muhammad) hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri
ini (Makkah) yang telah menjadikannya suci dan memiliki segala sesuatu.
Aku diperintahkan agar masuk ke dalam golongan orang-orang muslim.
Wa an atluwal-qur'ān(a), famanihtadā fa'innamā yahtadī linafsih(ī), wa man ḍalla faqul innamā ana minal-munżirīn(a).
(Aku
juga hanya diperintahkan) agar membacakan Al-Qur’an (kepada manusia).
Maka, siapa yang mendapat petunjuk, sesungguhnya dia mendapatkannya
untuk (kebaikan) dirinya. Siapa yang sesat, maka katakanlah,
“Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi
peringatan.”
Wa qulil-ḥamdu lillāhi sayurīkum āyātihī fata‘rifūnahā, wa mā rabbuka bigāfilin ‘ammā ta‘malūn(a).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Segala puji bagi Allah. Dia akan memperlihatkan
kepadamu tanda-tanda (kebesaran)-Nya sehingga kamu akan mengetahuinya.
Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Traktir creator minum kopi dengan cara memberi sedikit donasi. Silahkan Pilih Metode Pembayaran